Tafsir Jami'ul Bayan - H. Muhammad bin Sulaiman Solo
STUDI KITAB TAFSI<R JA<MI’
AL-BAYA<N
MIN
KHULA<S{AT SUWAR
AL-QUR’A<N AL-AZ{I<M
KARYA MUHAMMAD BIN SULAIMAN
Revisi:
Disusun untuk memenuhi tugas UAS matakuliah
Tafsir Indonesia 2
Disusun oleh :
MUHAMMAD
HUSNAN (E03214012)
ZUHROTUN NISA (E73214069)
Dosen Pengampu:
IMRON ROSYADI. M. TH. I
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
STUDI KITAB TAFSI<R
JA<MI’ AL-BAYA<N
MIN KHULA<S{AT SUWAR AL-QUR’A<N
AL-AZ{I<M
KARYA MUHAMMAD
BIN SULAIMAN
A.
Pendahuluan
Nusantara adalah negeri yang kaya akan ulama, bukan negeri yang
hanya kaya dengan rempah-rempahnya. Ulama-ulama itu sangat aktif mendakwahkan
agama Islam, baik secara lisan maupun tulisan. Dakwah dengan lisan biasanya
dilakukan dari tempat ke tempat. Dakwah secara tulisan dilakukan dengan
menelurkan karya-karya berupa kitab ataupun buku. Di antaranya adalah karya
kitab dalam bentuk penafsiran terhadap Alquran.
Kitab-kitab tafsir di seantero Nusantara sangatlah banyak, meskipun
tidak sebanyak bukuu-buku yang ditelurkan oleh cendikiawan-cendikiawan
Nusantara. Sampai saat ini sudah tercatata kurang lebih tigapuluh tiga karya
kitab tafsir Nusantara. Salah satunya adalah kitab tafsir karya Muhammad bin
Sulaiman dengan judul Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n.
Kitab Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n adalah sebuah kitab tafsir yang sangat berharga bagi khazanah
keilmuan tafsir di Nusantara. Akan tetapi, hal ini tidak dibarengi dengan
penjagaan dan penelaahan kepada kitab-kitab tersebut, sehingga hal ini sangat
menyulitkan untuk melacak dan mengkaji kepada kitab-kitab tafsir yang
ditelurkan oleh ulama Nusantara. Terutama kajian-kajian dan
penelaahan-penelaahan terhadap kitab Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n. Hampir tidak ditemukan tulisan-tulisan yang membahas kitab ini.
Bahkan tulisan yang terkait dengan pengarangnya pun sulit untuk dilacak dan
ditemukan, sehingga hal ini sangat menyulitkan.
Oleh karena itu, sedikit ulasan yang berkaitan dengan kitab Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n sangat berguna bagi pembaca walaupun tidak sekomprehensif yang
diharapkan.
B.
Biografi
Muhammad
bin Sulaiman lahir di solo pada hari ahad wage tanggal 14 syawal 1329 H. waktu
kecil beliau biasa dipanggil Muhammad Tholhah, beliau sudah mengaji Alquran
dibawah bimbingan ayahandanya. Ketika berusia 8 tahun, Tholhah masuk ke
Madrasah Islamiyyah disolo selama 5 tahun.
Ketika
berusia 16 tahun, tholhah berangkat ke tanah suci bersama ayahnya untuk
menunaikan ibadah haji pada tahun 1345 H. setelah bermukim di Makkah selama 2
tahun, ia berhasil menghafal Alquran dengan ayahnya sampai akhir surat
An-Nisa’. Setahun setelah kepulangannya dari Makkah, ia diperintahkan ayahnya
untuk pergi ke Tremas, menimba ilmu kepada Syaikh Dimyathi bin Abdullah.
Di samping
mempelajari berbagai kitab, ia juga diperintahkan oleh gurunya untuk menyelesaikan
hafalan Alqurannya, dan pada tahun 1348 H ia berhasil mengkhatamkanya. Tempo
waktu ia belajar di Tremas selama 10 tahun (1346 H-1356 H). namun di
tengah-tengah masa belajarnya di Tremas, ia melakukan perjalanan ke Krapyak
Yogyakarta untuk berguru kepada Syaikh Munawwir bin Abdillah Rasyad. Ia
berhasil mengkhatamkannya. Ia berhasil
menyelesaikan dua kali khataman Alquran bil-ghaib dan mendapatkan ijazah dari
gurunya tersebut.
Pada
tahun 1351 H, ia menuju Jombang untuk mengikuti kajian Kitab Shahihain dari
Syekh Hasyim Asy’ari. Kemudian, pada tahun 1352 H beliau menunaikan iabadah
haji yang kedua kalinya. Dalam perjalanannya, beliau menuju kampong Al-Mudda’a
dan bertemu dengan Syaikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, seorang mufti
al-Maliki dan beliau mendengar darinya hadis al-Musalsal bil-awwaliyah.
Selanjutnya beliau menuju Madinah dan bertemu dengan Mufti al-Madinah, seorang
ahli Hadis, dan syaikh Ibrahim bin Abdul Qadir Barri al-Madani.
Pada
tahun 1353 H, beliau bertemu dengan seorang ahli sufi di Solo, Sayyid Muhsin
bin Abdullah Assegaf. Beliau mengaji Alquran kepadanya 1 khataman bil ghaib dan
belajar darinya berbagai hadis musalsal. Seperti hadis musalsal bil-awwaliyah,
hadis musalsal bil-mushafahah, hadis musalsal bil-musyabakah, dan lain
sebagainya.[1]
Di
dalam muqaddimat kitabnya dijelaskan bahwa sanad Alquran yang dimiliki
oleh KH.Muhammad bin Sulaiman ada empat jalur, yaitu:
1.
Syaikh
Dimyathi bin AbdullahTermas
2.
Syaikh
Muhammad Abdullah bari bin Muhammad Amin al-Madani
3.
Syaikh
Muhammad Munawwir bin Abdullah Rasyad
4.
Syaikh
Muhsin bin Abdullah Assegaf[2]
Pada
usia 28 tahun KH. Muhammad menikah dengan Hj. Saudah, putrid KH. A hmad Shafawi
(pendiri pp.al-Muayyad Solo) dari istri yang pertama. Pernikahan beliau
dikaruniai 7 orang anak, 1 orang laki-laki dan 6 perempuan.
Kehidupan
KH. Muhammad bin Sulaiman selalu diliputi dengan keberkahan. Tiada hari tanpa
Alquran. Dijalankan sebagai wirid rutin, sejak puluhan tahun hingga akhir
hayat, mengkhatamkan Alquran 30 juz pada tiap minggunya. Akhirnya, pada hari
sabtu pon tanggal 7 september 1991 M beliau menghembuskan nafas terakhirnya di
eumah sakit di Solo. Jenazahnya dimakamkan di Makam “pulo”, Laweyan Solo.[3]
C.
Karya-karya
KH.
Muhammad bin Sulaiman termasuk ulama’ yang memiliki intensitas yang tinggi dalam
berdakwah Islamiyyah, baik melalui pengajian-pengajian ataupun melalui
karya-karya tulis yang menjadi amal jariah beliau. Ia mempunyai beberapa karya
tulis, yaitu sebagai berikut,
1.
Al-Burha>n ‘ala Wahy al-Qura>n. Kitab ini menyanggah keraguan Alquran
2.
Manasik
Haji. Buku ini berisi tentang tuntunan praktis ibadah haji dan umrah
3.
Asma’ul
Husna dan syarahnya
4.
Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n
5.
Keutamaan
Alquran
6.
Manaqib
Imam syafi’I.[4]
D.
Analisa Kitab Tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n
Kitab Tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min Khula>s}at Suwar
al-Qur’a>n merupakan
sebuah khazanah klasik yang dimiliki oleh Nusantara. Berdasarkan tahun
kelahiran pengarangnya, kitab ini muncul
setelah kitab tafsir Nusantara generasi pertama muncul, yaitu kitab Tafsi>r
Qur’a>n Kari>m Mahmud Yunus. Dengan itu, bisa dikatakan kitab ini
adalah kitab tafsir nusantara klasik, meskipun tidak seklasik kitab Tafsi>r
Qur’a>n Kari>m Mahmud Yunus.
Sebagai kitab Tafsir, Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n tidak boleh tidak menggunakan metodologi untuk
menafsirkan Alquran. Metodologi penafsiran Alquran terkait erat dengan komponen
eksternal dan internal dari sebuah karya tafsir itu sendiri,[5]
di mana artikel ini hanya akan membahas komponen internal yang berkaitan dengan
Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin
Sulaiman ini, yaitu metode,
bentuk (sumber), dan corak tafsir, selain juga membahas latar belakang,
dan karakteristik tafsir tersebut.
1. Latar
Belakang
Setiap
mufassir mempunyai alasan dan motivasi tersendiri untuk menelurkan sebuah karya
kitab tafsir. Alasan dan motivasi tersebut sangat beragam sesuai apa yang
dialami oleh mufassir itu sendiri. Dalam kajian ini, biasanya alasan dan
motivasi tersebut disebut dengan latar belakang penulisan.
Penulisan
Kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min Khula>s}at Suwar
al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin Sulaiman
dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut,
a. Sebagai catatan amal dan pengingat bagi pengarang
b. Mempermudah bagi orang yang ingin mendalami Alquran.
Ia
beranggapan atau memprediksi bahwa pada masa yang akan datang, semangat dan
antusias untuk mengikuti kandungan-kandungan ilmu dan hikmah yang terdapat di
dalam Alquran yang, di mana keadaan ini kontradiktif dengan keadaan masa
lampau. Sehingga ia ingin mempermudah agar orang tidak perlu susah payah dan
banyak waktu untuk mendalami Alquran.
2. Karakteristik
Setiap kitab Tafsir memiliki karakteristik masing-masing.
karakteristik tersebut tidak akan sama dengan karakteristik masing-masing
kitab, sebagaimana kursi dan meja yang mempunyai karakterisitik tersendiri,
meskipun keduanya sama-sama terbuat dari kayu. Karakteristik
tersebut berfungsi untuk membedakan sebuah kitab tafsir dengan kitab yang
lainnya.
Karakteristik kitab Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin
Sulaiman adalah sebagai berikut,
a. Menggunakan
bahasa Arab
b. Menyebutkan
sanad Alquran
c. Memulai
penjelasan dengan kata بيان
d. Mengakhiri penjelasan dengan kata الله اعلم
Alasannya
adalah penjelasan-penjelasn yang diutarakan oleh pengarang adalah
petunjuk-petunjuk yang dibukakan oleh Allah SWT. Jika ia menganggapnya benar,
maka hal itu adalah karunia-Nya, dan jika sebaliknya, maka itu adalah kurangnya
pemahaman dari pengarang.[6]
e. Terdiri dari dua jilid kitab. Kitab jilid pertama
berisi penafsiran dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nahl. Kitab jilid kedua
berisi penafsiran dari surat al-Isra’ sampai surat al-Nas.
f. Sesuai dengan urutan tarti>b mushafi>
3. Metode
Penafsiran
Secara
garis besar, penafsiran Alquran dilakukan melalui empat metode, yaitu ijma>liy
(global), tahli>liy (analitis), muqa>rin (perbandingan), dan maudhu>’iy
(tematik).[7]
Keempat metode ini adalah metode-metode penafsiran Alquran yang ditemukan sejak
zaman Nabi Muhammad SAW hingga masa sekarang. Bahkan metode
yang paling relevan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul pada masa
sekarang adalah metode tematik.
Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin Sulaiman menggunakan
metode ijma>liy (global). Metode ijmaliy (global) adalah menjelaskan
ayat-ayat Alquran secara ringkas tetapi mencakup, dengan bahasa yang popular,
mudah dimengerti, dan enak dibaca.[8]
KH. Muhammad bin Sulaiman
menjelaskan tafsirnya dengan singkat dan padat. Ia tidak bertele-tele dalam
menafsirkan. Ia menafsirkan Alquran secara langsung kepada intinya,
sebagaiamana penafsirannya di dalam surat al-Fatihah ayat 1, yaitu terkait
dengan basmalat sebagai berikut,
“Menjelaskan
tentang pengajaran kepada hamba untuk membuka perkara-perkara mereka yang
bernilai manfaat dengan basmalat. Oleh karena itu, turun sebuah Hadis
‘Segala sesuatu yang bernilai kebaikan yang tidak dimulai dengan bi
ismi Allah al-Rah}ma>n al-Rah}i>m maka akan terputus.”[9]
Contoh lainnya adalah penafsirannya di dalam surat al-Anfal ayat
45-46, sebagai berikut,
“Menjelaskan perintah untuk berteguh hati dan mempersiapkan diri
untuk ketika bertemu musuh, serta berlindung kepada Allah SWT dari
kesulitan-kesulitan atau musibah-musibah dengan banyak berdzikir, tunduk, dan
berdoa mengharap pertolongan Allah SWT.
Menjelaskan bahwa taat kepada Allah SWT dan taat kepada Nabi
Muhammad SAW tidak berbeda.
Menjelaskan bahwa berselisih adalah kelamahan dan persatuan adalah
kekuatan dan ketakutan di dalam hati musuh.
Menjelaskan perintah bersabar atas kesulitan-kesulitan dan
musibah-musibah, karena di dalamnya terdapat pertolongan Allah SWT.”[10]
Penafsiran tersebut akan menjadi berbeda jika dikontekskan dengan
kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tahli>liy . Penjelasan yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir dengan metode
analitis jauh lebih komprehensif dan lebih panjang dari apa yang dijelaskan
oleh KH.
Muhammad bin Sulaiman, seperti kitab tafsir al-Azhar karya Buya Hamka
dan kitab Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab yang sampai
berjilid-jilid.
4.
Bentuk
Penafsiran
Bentuk (sumber) tafsir terbagi menjadi dua,
yaitu al-tafsi>r bi al-ma’thu>r dan tafsi>r
bi al-ra’yi.[11]
Al-tafsi>r
bi al-ma’thu>r adalah
menafsirkan Alquran dengan berdasarkan Alquran, al-Sunnah, dan perkataan para
sahabat yang menjelaskan maksud dari kalam Allah SWT.[12]
Al-tafsi>r
bi al-ra’yi adalah
menafsirkan Alquran berdasarkan pada ijtihad.[13]
Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin
Sulaiman, penafsirannya lebih dominan dengan menggunakan ra’yu. Di dalam
kitab ini banyak sekali ditemukan penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ijtihad
pengarang. Walaupun ada beberapa penafsiran yang didasarkan pada Hadis
sebagaimana contoh terkait penafsiran ayat basmalat.
5.
Corak
Penafsiran
Nashruddin Baidan mengatakan bahwa tafsir-tafsir yang bentuk
penafsirannya adalah Al-tafsi>r bi al-ra’yi, maka
corak penafsirannya sedikit lebih bebas.[14]
Maksudnya adalah penafsirannya tidak condong kepada satu sisi keilmuan atau
corak tertentu. Akan tetapi, mufassir menafsirkan Alquran secara proporsional
dengan meninjau berbagai bidang keilmuan atau corak. Biasanya corak seperti ini
disebut dengan corak umum.
Berdasarkan argument tersebut, maka corak penafsiran Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin
Sulaiman bercorak umum. Ia menafsirkan Alquran tidak dominan pada satu sisi
tertentu. Contoh penafsiran yang terkait dengan hukum adalah penafsirannya di
dalam surat al-Maidah ayat 6, sebagai berikut
“Menjelaskan
bahwa perintah wudhu ketika ingin mendirikan sholat adalah wajib bagi orang
yang berhadas dan sunnah bagi orang yang yang suci. Maka wudhu adalah salah
satu syarat dari beberapa syarat sholat.
Menjelaskan
bahwa fardu-fardunya wudhu adalah membasuh wajah membasuh kedua tangan sampai
kedua siku, mengusap kepala, membasuh kedua kaki sampai siku, dan tartib.
Menjelaskan
wajibnya bertayammum ketika udzur menggunakan air dan menjelaskan
anggota-anggota tayammum adalah wajah dan kedua tangan.
Menjelaskan
bahwa agama Islam adalah agama yang mudah, tidak sempit, yang mana Allah SWT mensyariatkan
banyak rukhsoh ketika kesulitan, yang suci, dan bersih baik luar dan dalam.”[15]
Contoh
lainnya adalah penafsiran terkait iman yang termaktub di dalam surat al-Baqarat
ayat 8-16, sebagai berikut,
“Menjelaskan orang yang mengaku
beriman tetapi hati dan lisannya menyalahi keyakinannya, maka tidak termasuk
orang yang beriman. Orange yang mengucapkan kepada dua syahadat dengan hati
kosong kepada sesuatu yang sesuai dengannya atau meniadakannya, maka bukanlah
orang yang beriman.
Menjelaskan celaan kepada orang
munafik dengan menyebutkan sifat-sifat jelek mereka, yaitu munafik dengan
menampakkan apa yang tidak sama dengan yang di batinnya, atau menampakkan
kebaikan dan menyembunyikan kejelekan. Pura-pura adalah lemahnya hati sehingga
ia tidak mampu untuk membedakan antara yang benar dengan yang salah,
terbaliknya penglihatan yang membuat ia memandang kejelekan sebaga kebaikan,
kedunguan, kebodohan, dan lain sebagainya.”[16]
E. Tentang Kitab Tafsir Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n
Khazanah
Tafsir di Indonesia perkembangannya bisa dikatakan tidak sepesat dinamika
Tafsir di negeri Arab dan sekitarnya. Dinamika khazanah Tafsir di Indonesia
baru berkembang beberapa abad terakhir dan mulai berkembang pesat pada dewasa
ini. Salah satu sebab yang mengakibatkan lemahnya pengkajian terhadap
kitab-kitab Tafsir di Indonesia adalah sangat sulit untuk menemukan karya
tafsir itu sendiri. Tidak semua karya tafsir ulama Indonesia dikodifikasi
secara rapi dengan melibatkan sebuah penerbit yang memudahkan untuk publikasi
dan distribusi kepada masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya.
Salah
satu kitab tafsir yang masih sangat jarang dikaji adalah kitab tafsir karya KH.
Muhammad bin Sulaiman al-Solowiy dengan karyanya yang berjudul Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n. Kitab tafsir ini adalah kitab tafsir yang
penafsirannya lengkap 30 juz dimulai surat al-Fatihah sampai surat al-Nas. Kitab
tafsir ini hanya terdiri dari dua juz saja dengan terbitan Pustaka Sirajut
Thalibin Brabo Jawa Tengah.
Kitab
tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n karya KH. Muhammad bin Sulaiman al-Solowiy
ditinjau dari judulnya sudah bisa diketahui bahwa kitab tafsir ini hanya
menjelaskan intisari dari ayat-ayat ataupun surat-surat al-Qur’an. Ia hanya
mengambil pokok-pokok pembahasan yang terdapat di dalam suatu ayat-atau
beberapa ayat. Sehingga, kitab ini bukanlah kitab tafsir yang menjelaskan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an secara panjang lebar dan dikaitkan dengan
keilmuan-keilmuan yang lainnya. Apabila penulis boleh menganalogikan, maka
kasus seperti demikian adalah seperti tawaran teori munasabat Abu Hasan
al-Biqa’iy, yaitu terdapat korelasi antara tema sentral setiap surat dengan
nama suratnya.
Pondok
Pesantren Sirajut Thalibin, tercatat, adalah satu-satunya pondok pesantren yang
secara rutin mengkaji kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n pada
setiap bulan Ramadhan. Pondok ini pula yang mempunyai
peran dan jasa yang sangat besar di dalam mengkodifikasikan kitab tafsir ini
menjadi suatu kitab yang tersusun secara rapi dan tidak terkumpul sebagai
kumpulan mushaf saja. Penulisannya pun terbilang cukup unik karena pondok ini
tidak menggunakan mesin komputer untuk memudahkannya. Akan tetapi, pondok ini
menggunakan tulisan tangan seorang ahli khat di dalam menulis penafsiran kitab
tersebut.
Hal
ini menunjukkan bahwa kitab tafsir di Indonesia masih sangat jarang ditelaah
dan dikaji secara konsisten oleh masyarakat Indonesia. Bahkan mengenalinya pun
bisa dikatakan masih belum mencapai tingkatnya. Hal ini berada di antara
keironisan dan peluang di dalam mengkaji kitab-kitab tafsir di Indonesia
umumnya dan kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n min Khula>s}at Suwar
al-Qur’a>n khususnya.
Ironisnya adalah masyarakat Indonesia sendiri lebih mengenal kitab-kitab Tafsir
karya ulama-ulama Arab dibandingkan mengenal kitab-kitab Tafsir karya
ulama-ulama Nusantara. Peluangnya adalah masih sangat terbukanya ruang untuk
mengkaji dan menelaah secara mendalam kitab-kitab tafsir tersebut, karena masih
belum banyak tulisan-tulisan yang secara detail mengkaji tentang tafsir ini.
Makalah ini pun masih jauh dari tingkat mendetail dan mendalam. Makalah ini
hanya menjelaskan sebagian kecil dari penafsiran kitab tafsir ini dan masih
belum menjelaskan secara komprehensif keseluruhan penafsiran kitab ini sebanyak
30 juz
F.
Kesimpulan
Dari penjelasan yang singkat dan
padat, bisa ditarik beberapa benang merah sebagai berikut,
1.
Muhammad
bin Sulaiman lahir di solo pada hari ahad wage tanggal 14 syawal 1329 H. dan
wafat pada 7 september 1991 M. Jenazahnya dimakamkan di Makam “pulo”, Laweyan
Solo.
2.
Karya-karya
Muhammad bin Sulaiman adalah Al-Burha>n ‘ala Wahy
al-Qura>n, Manasik Haji, Asma’ul Husna dan syarahnya, Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n, Keutamaan Alquran, dan Manaqib
Imam syafi’I.
3. Latar belakang penulisan kitab Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n adalah Sebagai catatan amal dan pengingat bagi pengarang dan
mempermudah bagi orang yang ingin mendalami Alquran. Karakteristiknya adalah menggunakan
bahasa Arab, menyebutkan sanad Alquran, memulai penjelasan dengan kata بيان, mengakhiri penjelasan dengan kata الله اعلم. Metodenya adalah ijma>liy,
bentuknya adalah al-Tafsi>r bi al-Ra’yi, dan
coraknya adalah bercorak umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Zarqaniy,
Muhammad Abd al-Azim. Manahil al-‘Irfan. Juz 2. Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah. 1995.
Baidan,Nasruddin. Perkembangan
Tafsir Al-Quran di Indonesia. Solo: Tiga Serangakai. 2003.
_______. Metodologi
Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
Muhammad bin Sulaiman. Ja>mi’ al-Baya>n min
Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n. Jilid 1. tk: tp. tt.
[2]Lihat muqaddimat
Muhammad bin Sulaiman, Ja>mi’
al-Baya>n min Khula>s}at Suwar al-Qur’a>n, Jilid
1. (tk: tp, tt), 2-6.
[5]Selengkapnya lihat Nasruddin Baidan, Metodologi
Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 9.
[7]Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran
Al-Qur’an, 3.
[11]Sebagian ulama membagi bentuk (sumber) tafsir
kepada tiga macam, yaitu al-tafsir bi al-ma’thur, al-tafsir bi al-ra’yi, dan
al-tafsir bi al-ishariy. Selengkapnya lihat Muhammad Abd al-Azim
al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan,Juz 2, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1995), 12.
[16]Selengkapanya
lihat Ibid., juz 1, 7.
Comments
Post a Comment