MAKKIY DAN MADANIY



‘ILM AL-MAKKIY WA AL-MADANIY


Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia




















Oleh :
MUHAMMAD HUSNAN
NIM: E03214012

Dosen Pengampu:
DRS. H. FADJRUL HAKAM CHOZIN, M.M.


PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2014


BAB I

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
 Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang paling monumental dibandingkan mukjizat-mukjizat para nabi yang lain. Al-Qur’an bersifat kekal dan keasliannya tetap terjaga sepanjang masa. Tidak ada seorangpun yang mampu untuk membuat sebuah kitab semisal al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT,
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ  
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”[1]
Hal itu menjadi bukti bahwa Alquran benar-benar wahyu Allah SWT.
Sebagaimana diketahui, al-Qur’an telah diterima oleh Rasulullah SAW dalam kurun waktu 23 tahun, dan lebih tepatnya adalah dua puluh dua tahun, dua bulan, dan dua puluh dua hari. Dalam 23 tahun tersebut, ada wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW di kota Mekah dan ada juga yang diturunkan kepada beliau di Madinah. Ketika wahyu diturunkan di Mekah, kaum muslimin masih sedikit dan kaum musyrikin begitu banyak, sehingga membutuhkan metode dan gaya bahasa yang tepat untuk berdialog dengan orang kafir.
Rasulullah SAW kemudian hijrah bersama kaum muslimin ke Madinah. Di kota itu, Rasulullah menemui masyarakat muslim yang lain. Al-Quran turun kepada orang-orang Islam di Madinah, sehingga meluaskan hukum-hukum agama dan meletakkan dasar-dasar kekuatan.
Dalam Studi al-Qur’an, ilmu yang membahas tentang ayat yang turun di Mekah dan ayat yang turun di Madinah adalah ‘Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy. Pengetahuan tentang Makkiy dan Madaniy membutuhkan penelitian yang teliti dan cermat. Hal itu dikarenakan Ilm al-Makkiy wa  al-Madaniy membutuhkan penelitian riwayat-riwayat dan nash-nash Hadis yang mendasarinya, dengan bersandar pada fakta sejarah yang benar.[2]
Menurut Abu al-Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib, ‘Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy adalah salah satu pembahasan yang nilainya paling tinggi dalam ilmu al-Qur’an. Ia menjelaskan bahwa pembahasan ilmu al-Quran yang nilainya tinggi adalah nuzu<l al-Qur’an, urutan ayat-ayat yang turun di Mekah pada masa-masa permulaan, pertengahan, dan pada masa penghabisannya, kemudian ayat-ayat yang turun di Madinah, ayat-ayat yang turun di Mekah tetapi hukumnya Madaniy, dan ayat-ayat yang turun di Madinah tetapi hukumnya  Makkiy.[3]   
Dengan demikian maka ‘Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy perlu memperoleh perhatian secukupnya, dan patut dipandang sebagai titik-tolak para ulama’ dalam penelitian mereka mengenai tahap-tahap dakwah agama Islam.[4]
B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang dipaparkan sebelumnya, pembahasan di makalah ini bisa dibatasi sebagai berikut,
1.      Apa yang dimaksud dengan Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy ?
2.      Apa saja karakteristik surah Makkiy dan Madaniy ?
3.      Apa faidah yang bisa diambil dari Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy ?
4.      Bagaimana perhatian ulama’ terhadap Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy ?
C.     Tujuan
1.      Menjelaskan definisi Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.
2.      Menjelaskan karakterisk surah Makkiy dan Surah Madaniy.
3.      Menjelaskan faedah dari mempelajari Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.
4.      Menjelaskan perhatian ulama’ terhadap Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.
D.    Manfaat
1.      Mengetahui definisi Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.
2.      Mengetahui karakter-karakter surah Makkiy dan surah Madaniy.
3.      Mengetahui faedah dari mempelajari Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.
4.      Mengetahui perhatian ulama’ terhadap Ilm al-Makkiy wa al-Madaniy.




[1]Q. S. Al-Baqarah: 23.
[2] Dr. Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus: Jakarta, 2011), 228. 
[3] Ibid., 232.
[4] Ibid., 229.
 



BAB II

ILM al-MAKKIY wa al-MADANIY
A.    Pengertian Makkiy dan Madaniy
Definisi Makkiy dan Madaniy tidak bisa diartikan secara pasti. Seseorang harus mengacu pada teori yang sudah disimpulkan ulama’ untuk mendefinisikan Makkiy dan Madaniy. Setidaknya, ada tiga teori untuk mendefinisikan Makkiy dan Madaniy,
1.      Teori berdasarkan zaman (zama>n al-nuzu>l)
2.      Teori berdasarkan tempat (maka>n al-nuzu>l)
3.      Teori berdasarkan objek pembicaraan (mukhata>b).
Pertama: Teori berdasarkan zaman (zama>n al-nuzu>l). Berdasarkan teori ini, terminologi  Makkiy adalah ayat atau surah yang turun sebelum hijrah sekalipun tidak turun di kota Mekah dan Madaniy adalah ayat atau surah yang turun setelah hijrah, sekalipun tidak turun di Madinah. Meskipun suatu ayat atau surah turun di Mekah, tetapi ayat atau surah itu turun setelah hijrah, maka ayat atau surah tersebut tetap dihukumi Madaniy[1], seperti firman-Nya,
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”[2]
Dalil yang dipakai ulama’ berdasarkan teori ini adalah perkataan Usman bin Sa’id al-Darimiy,
“Adapun ayat atau surah yang turun di Mekah dan di jalan menuju Madinah sebelum Rasulullah SAW sampai ke Madinah, maka ayat atau surah tersebut termasuk Makkiy, sedangkan ayat atau surah yang turun di tengah-tengah perjalanan Rasulullah SAW hingga beliau  sampai di Madinah, maka ayat atau surah tersebut termasuk Madaniy.[3]
Dari perkataan Usman tersebut bisa dipahami bahwa ayat atau surah yang turun ketika Rasulullah SAW sedang melaksanakan perjalanan hijrah, maka ayat atau surah itu disebut Makkiy secara terminologi.
Kedua: Teori berdasarkan tempat (maka>n al-nuzu>l). Terminologi Makkiy dan Madaniy berdasarkan teori ini adalah bahwa Makkiy adalah ayat atau surah yang turun di Mekah dan daerah yang dekat dengannya, seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah, sekalipun turunnya setelah hijrah, dan Madaniy adalah ayat atau surah yang turun di Madinah dan di sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan Sala’. Adapun ayat atau surah yang turun di tengah perjalanan Rasulullah SAW, menurut teori ini tidak mempunyai identitas. Artinya ayat atau surah tersebut tidak termasuk Makkiy ataupun Madaniy.
Ketiga: Teori berdasarkan objek pembahasan (mukha>tab). Adapun terminologi Makkiy dan Madaniy berdasarkan teori ini adalah bahwa Makkiy adalah ayat atau surah yang dimaksudkan kepada penduduk Mekah dan Madaniy adalah ayat atau surah yang dimaksudkan kepada penduduk Madinah.
Dari ketiga teori di atas, teori yang paling masyhur dan dipegang oleh ulama’ adalah teori yang pertama, yaitu berdasarkan zama>n al-nuzu>l. Para ulama’ tidak berselisih tentang teori perrtama ini. Mereka sepakat bahwa teori yang pertama adalah terori yang ringkas, menyeluruh, dan menjadi kaidah yang umum.[4] Sedangkan teori yang kedua dan ketiga masih mempunyai banyak celah.
B.     Metode Mengetahui Makkiy dan Madaniy
Ada metode yang bisa digunakan untuk mengetahui ayat itu Makkiy atau Madaniy. Metode itu memudahkan seseorang untuk mengetahui ayat-ayat yang Makkiy atau Madaniy. Metode tersebut sudah dirumuskan oleh para ulama’.
Ulama’ Ulu>m al-Qur’an merumuskan dua metode yang bisa digunakan untuk mengetahui ayat yang Makkiy dan ayat yang Madaniy. Dua metode tersebut adalah metode sima>’iy al-naqliy dan metode qiya>siy al-ijtiha>diy. Imam al-Ja’bariy berkata:
“Ada dua cara untuk mengetahui Makkiy dan Madaniy: dengan metode sima>’iy dan metode qiya>siy.[5]
Metode sima>’iy al-naqliy adalah metode untuk  mengetahui ayat Makkiy dan Madaniy yang berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih baik dari para sahabat maupun dari para tabi’in. Para sahabat adalah orang yang menututi masa turunnya wahyu, dan menyaksikan turunnya wahyu, dan para tabi’in adalah orang yang bertemu dengan para sahabat dan mendengar langsung dari sahabat tentang cara turunnya al-Quran. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui ayat Makkiy dan Madaniy adalah dengan metode ini.
Menurut imam Abu Bakar Ibn Thayyib al-Baqilaniy dalam kitabnya al-Intisha>r, metode ini adalah untuk menjaga para sahabat dan tabi’in. Pada masa Rasulullah SAW tidak ada keterangan tentang Makkiy dan Madaniy karena Rasulullah SAW tidak diperintahkan dan Allah tidak mewajibkan kepada umat untuk mengetahui Makkiy dan Madaniy, sekalipun bagi sebagian ahli ilmu mengetahui Makkiy dan Madaniy adalah hal yang wajib.[6]
Metode yang kedua adalah metode al-qiya>siy al-ijtiha>diy. Metode al-qiya>siy al-ijtiha>diy adalah metode yang disandarkan pada karakter-karakter ayat Makkiy dan Madaniy yang sudah dirumuskan oleh para ulama’ Ulu>m al-Qur’an. Setiap ayat yang mengandung karakter ayat Makkiy, ayat tersebut adalah Makkiy dan setiap ayat yang  mengandung karakter ayat Madaniy, ayat tersebut adalah Madaniy.[7]
Metode al-sima>’iy al-naqliy adalah bersandar pada naql atau keterangan-keterangan tentang ayat Makkiy dan Madaniy, dan metode al-qiya>siy al-ijtiha>diy adalah berdasarkan akal. Naql dan akal adalah dua metode yang baik untuk mengetahui sesuatu dan mentahqiq sebuah pengetahuan.[8]
C.    Karakteristik Surah Makkiy dan Surah Madaniy
Dalam Ilmu Makkiy dan Madaniy, ada ciri-ciri khas, karakteristik, fitur tertentu yang memudahkan unuk mengetahui surah Makkiy dan Madaniy. Karakteristik itu bisa ditemukan dari keterangan Sahabat, Tabi’in.[9] Para ulama’ sudah menyimpulkan kaidah-kaidah surah Makkiy dan surah Madaniy berdasarkan qiya>s. Keterangan yang berdasarkan qiya>s itu jarang meleset.[10] Adapun ciri-ciri surah Makkiy  adalah sebagai berikut,
1.      Setiap surah yang yang di dalamnya terdapat ayat sajadah adalah Makkiy.
2.      Setiap surah yang terdapat lafaz<<} kalla>  (sekali-kali tidak demikian) adalah Makkiy. Ciri-ciri ini hanya terdapat di bagian setengah terakhir dari al-Quran. Tercatat lafad{ kalla>  berjumlah tiga puluh tiga dalam lima belas surah di al-Quran.[11]
3.      Setiap surah yang didalamnya terdapat ya> ayyuha> al-na>su (wahai manusia) dan tidak terdapat ya> ayyuha> al-ladhi>na a>manu> (wahai orang-orang yang beriman) adalah Makkiy, kecuali surah al-Hajj, karena di dalam surah al-Hajj terdapat ayat ya> ayyuha> al-laz{i>na a>manu>  urku’u> wa usjudu> (wahai orang-orang yang beriman ruku’lah dan sujudlah). Akan tetapi, mayoritas ulama’ berpemndapat bahwa ayat itu adalah Makkiy.[12]
4.      Setiap surah yang terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu adalah Makkiy kecuali surah al-Baqarah.
5.      Setiap surah yang terdapat kisah Nabi Adam a.s. dan Iblis adalah Makkiy kecuali surah al-Baqarah.
6.      Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf tahajji>[13] adalah Makkiy kecuali surah al-zahrawain (surah al-Baqarah dan surah Alu ‘Imran). Ulama’ berselisih pendapat tentang surah al-Ra’du. Sebagian ulama’ ada yang berpendapat bahwa surah al-Ra’du adalah Makkiy. Menurut Subh{i S{alih{, surah al-Ra’du adalah Makkiy, karena dari segi wawasan dan susunan kalimatnya menunjukkan surah Makkiy.[14]
Enam ciri-ciri tersebut adalah ciri-ciri berdasarkan kaidah-kaidah yang disimpulkan para ulama’. Ciri-ciri yang berdasarkan kaidah itu tidak bakal meleset. Di samping enam ciri tersebut, ada ciri-ciri lain untuk mengetahui surah Makkiy. Ciri-ciri itu berdasarkan wawasan dan gaya bahasa yang dipakai. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1.      Surah Makkiyah mengandung ayat-ayat yang menjelaskan tentang ajakan untuk bertauhid kepada Allah SWT dan menyembah-Nya, menetapkan kerasulan, menetapkan hari Ba’ath dan hari pembalasan, menjelasakan hari kiamat, neraka dan siksanya, surge dan kenikmatannya, sanggahan terhadap orang-orang musyrik dengan dalil-dalil yang rasional, dan ayat-ayat kauniyyah.
2.      Surah Makkiy mengandung ayat yang menjelaskan dasar-dasar tasyri’ yang umum, budi pekerti, dan amal kebajikan.
3.      Surah Makkiy mengandung ayat-ayat yang menjelaskan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu agar bisa dijadikan pelajaran.
4.      Ayat-ayat dalam surah Makkiy pada umumnya adalah pendek-pendek, lafad{nya kuat, dan ibarahnya mengandung i’jaz.
5.      Banyak pernyataan sumpah sebagaimana lazim menjadi kebiasaan orang Arab.[15]
Adapun ciri-ciri surah Madaniy berdasarkan kaidah antara lain:
1.      Setiap surah yang mengandung kewajiban dan had adalah Madaniy.
2.      Setiap surah yang mengandung uraian tentang orang munafik adalah Madaniy kecuali surah al-‘Ankabu>t.[16]
3.      Setiap surah yang mengandung uraian tentang bantahan kepada ahlu al-kita>b adalah Madaniy.
4.      Setiap surah yang di dalamnya terdapat izin berperang atau menyebut peperangan dan menjelaskan hukum-hukumnya adalah Madaniy.[17]
Adapun ciri-ciri surah Madaniy berdasarkan wawasannya antara lain:
1.      Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang ibadah, mu’amalah, jinayah, munakahah, warisan, dan hukum-hukum islam yang lainnya.
2.      Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang ahlu al-kita>b, dari membantah ahlu al-kita>b, mengajak mereka masuk Islam, menjelaskan pemalsuan mereka terhadap kitab-kitab Allah SWT, dan lain-lain.
3.      Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang orang munafik, dari menguraikan kejiwaan mereka, bahayanya mereka terhadap agama, membuka aling-aling hati mereka, dan lain-lain.
4.      Ayat-ayat dalam surah Madaniy pada umumnya adalah panjang.
Menurut imam Nas{r Abu H{amid Zaiyd, kriteria itu bersifat hipotesa belaka dan tidak final, tetapi kriteria waktu harus tetap dipertimbangkan secara bersamaan dengan kriteria teks itu sendiri, baik dari isi, maupun dari sisi strukturnya.[18]
Penetapan dan pembedaan surah Makkiy dan Madaniy bila secara final masih merupakan masalah ijtiha>diy atau qiya>siy dalam istilah al-Ja’far, maka ijtihad ulama klasik biasanya terfokus pada upaya men-tarji<<<<<>h{ riwayat-riwayat yang ada tanpa berani, kecuali sedikit, melakukan upaya-upaya pengkajian atas karakteristik gaya bahasa yang khas, selain aspek kriteria waktu dan tematik.[19]
D.    Faedah Mempelajari Makkiy dan Madaniy
Ada faedah-faedah yang bisa diambil dari mempelajari Makkiy dan Madaniy. Faedah-faedah tersebut adalah hikmah dari mempelajari Makkiy dan Madaniy. Faedah-faedah tersebut antara lain:
1.      Membantu dalam menafsirkan al-Qur’an.[20] Mengetahui tempat-tempat turunnya al-Qur’an membantu seseorang untuk menafsirkan al-Qur’an dengan baik dan benar. Seorang mufassir akan mampu menjelaskan makna dua ayat yang bertentangan. Dia bisa membedakan mana ayat yang me-na>sikh dan ayat yang di-nasakh.
2.      Merasakan indahnya gaya bahasa al-Qur’an dan mengambil pelajaran dari gaya bahasa tersebut, karena setiap tempat mempunyai gaya bahasa yang berbeda. Orang bisa meniru gaya bahasa yang terkandung dalam ayat Makkiy dan Madaniy untuk mendakwahkan syari’at Allah SWT dengan menyesuaikan objek dakwah.  
3.      Mengetahui prinsip-prinsip umum (kulliy) dan prinsip-prinsip khusus (juz’iy) dari isi ayat-ayat atau surah-surah Makkiy dan Madaniy.[21]
4.      Mengetahui sejarah pembentukan dan penerapan hukum Islam (ta>rikh tasyri’) yang amat bijak dalam menentukan hukumnya berdasarkan sistem sosial masyarakatnya.[22]
5.      Mengetahui hikmah ditetapkan dan diterapkannya sebuah syari’at.[23] Dengan demikian, maka dapat diketahui tujuan dan cara pelaksanaan hukum Islam atas pertimbangan kondisi sosial masyarakatnya.
6.      Dapat mengetahui kondisi dan situasi masyarakat Mekah dan Madinah pada saat al-Qur’an diturunkan.
7.      Menambah keimanan sesorangyang percaya terhadap kebenaran al-Qur’an dan keaslian al-Qur’an.
Urgensi mengetahui Makkiy dan Madaniy adalah bahwa teks al-Qur’an terus bergerak dalam merespon realitas sosial yang terus berkembang, yakni pada tataran menafsirkan al-Qur’an yang dalam istilahnya Abdullah Saeed memungkinkan adanya komunikasi konspirasi teks.[24]



















BAB III
PERHATIAN ULAMA’
terhadap ‘ILM al-MAKKIY wa al-MADANIY
Ulama’ mempunyai perhatian yang besar dalam Makkiy dan Madaniy. Mereka mempunyai semangat yang besar dalam memahami dan membahas Makkiy dan Madaniy. Mereka meneliti ayat per-ayat dan surah per-surah untuk mengetahui apakah ayat atau surah itu adalah Makkiy atau Madaniy. Dari penelitian mereka, ada beberapa pemahaman terkait dengan Makkiy dan Madaniy antara lain,
1.     Surah Makkiy murni. Di dalam al-Qur’an terdapat surah yang memang murni termasuk surah Makkiy. Surah-surah tersebut berjumlah delapan puluh delapan surah, yaitu al-An’a>m, al-A’ra>f, Yu>nus, Hu>d, Yu>suf, Ibrahi>m, al-H{ijr, al-Nah{l, al-Isra>’, al-Kahfi, Maryam, Ta>ha>, al-Anbiya>’, al-H{ajj, al-Mu’minu>n, al-Furqa>n, al-Shu’ara>’, al-Naml, al-Qasas, al-‘Ankabu>t, al-Ru>m, Luqma>n, al-Sajadah, Saba’, Fa>t{ir, Ya> Si>n, al-S{affa>t, S{a>d, al-Zumar, Gha>fir, Fus{s{ilat, al-Shu>ra, al-Zukhruf, al-Dukha>n, al-Ja>thiyah, Qa>f, al-Dha>riyat, al-T{u>r, al-Najm, al-Qamar, al-Wa>qi’ah, al-Mulk, al-Qalam, al-Ha>qqah, al-Ma’a>rij, Nuh{, al-Jin, al-Muzammil, al-Mudaththir, al-Qiya>mah, al-Insa>n, al-Mursala>t, al-Naba’, al-Na>zi’a>t, ‘Abasa, al-Takwi>r, al-Infita>r, al-Insyiqa>q, al-Buru>j, al-Tha>riq, al-T{a>riq, al-A’la>, al-Gha>shiyah, al-Fajr, al-Bald, al-Shams, al-Lail, al-Dhuh{a>, al-Inshira>h, al-Ti>n, al-‘Alaq, al-‘A<diya>t, al-Qa>ri’ah, al-Taka>thur, al-‘Ashr, al-Humazah, al-Fi>l, Quraish, al-Ma>’u>n, al-Kauthar, al-Ka>firu>n, dan al-Lahab.
2.     Surah Madaniy murni. Di dalam al-Qur’an terdapat surah yang memang murni termasuk surah Madaniy. Surah-surah tersebut berjumlah dua puluh surah, yaitu al-Baqarah, A<lu Imra>n, al-Nisa>’, al-Ma>idah, al-Anfa>l, al-Taubah, al-Nu>r, al-Ahza>b, Muh{ammad, al-Fath{, al-H{ujura>t, al-H{adi>d, al-Muja>dalah, al-H{ashr, al-Mumtah{anah, al-Jumu’ah, al-Muna>fiqu>n, al-T{alaq, al-Tah{ri>m, dan al-Nas{r.
3.     Surah yang diperselisihkan ulama’. Di samping terdapat surah yang murni Makkiy dan Madaniy,  di dalam al-Qur’an juga terdapat surah yang diperselisihkan ulama’ identitasnya. Surah-surah itu belum bisa dikatakan surah Makkiy dan juga surah Madaniy. Surah-surah tersebut berjumlah dua belas surah, yaitu al-Fa>tih{ah, al-Ra’du, al-Rah{ma>n, al-S{aff, al-Tagha>bun, al-Tat{fi>f, al-Qadr, al-Bayyinah, al-Zalzalah, al-Ikhla>s, al-Falaq, dan al-Na>s. 
4.     Ayat-ayat Makkiy yang terdapat dalam surah Madaniy dan ayat-ayat Madaniy yang terdapat dalam surah Makkiy. Ketika sebuah surah disifati dengan Makkiy atau Madaniy bukan berarti surah tersebut mempunyai maksud semua ayatnya adalah Makkiy atau Madaniy. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan di dalam surah Makkiy terdapat ayat Madaniy dan di dalam surah Madaniy terdapat ayat Makkiy, seperti surah al-Anfa>l yang di dalamnya terdapat ayat Makkiy, yaitu terdapat pada ayat ketigapuluh. Adapun contoh ayat Madaniy yang terdapat dalam surah Makkiy adalah surah al-An’a>m, yaitu terdapat di ayat keseratus lima puluh satu sampai seratus lima puluh tiga.[25]
5.     Ayat atau surah yang diturunkan di Mekah, tetapi hukumnya adalah Madaniy dan ayat atau surah yang turun di Madinah, tetapi hukumnya adalah Makkiy. Contoh ayat atau surah yang dihukumi Madaniy adalah ayat ketiga belas dari surah al-H{ujura>t. Ayat itu diturunkan di Mekah, tetapi dihukumi Madaniy karena diturunkan setelah hijrah. Contoh ayat atau surah yang dihukumi Makkiy adalah surah al-Mumtah{anah. Surah itu diturunkan di Madinah, tetapi dihukumi Makkiy karena di tengah-tengah surah itu terdapat keterangan tentang orang musyrik.
6.     Ayat yang menyerupai ayat Makkiy di dalam surah Madaniy dan ayat yang menyerupai ayat Madaniy di dalam surah Makkiy. Maksudnya adalah di dalam surah Madaniy ada ayat yang gaya bahasanya adalah termasuk karakteristik ayat Makkiy dan sebaliknya.
7.     Ayat yang dibawa dari Mekah ke Madinah dan ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekah. Contoh ayat yang dibawa dari Mekah ke Madinah adalah terdapat dalam surah al-A’la>,[26] dan contoh ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekah adalah terdapat dalam surah Bara’ah.
8.     Ayat yang diturunkan pada malam hari dan ayat yang diturunkan pada siang hari. Mayoritas ayat dalam al-Qur’an diturunkan pada siang hari. Adapun ayat yang diturunkan pada malam hari bisa dihitung, seperti akhir surah A<lu Imra>n.[27]
9.     Ayat yang diturunkan pada musim kemarau dan ayat yang diturunkan pada musim hujan. Contoh ayat yang diturunkan pada musim kemarau adalah ayat kala>la>h yang terdapat di akhir surah al-Nisa>’[28] dan contoh ayah yang diturunkan pada musim hujan adalah yang berkaitan dengan ayat-ayat yang tentang tuduhan bohong yang terdapat dalam surah al-Nu>r.[29]
10.                                                                                                                                                              Ayat yang diturunkan di rumah dan ayat yang diturunkan di perjalanan. Kebanyakan ayat al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di saat beliau berada di rumah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan Nabi Muhammad SAW penuh dengan peperangan dan jihad fi> sabi>l al-Allah. Oleh karena itu ada juga ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di saat beliau melakukan perjalanan.
Keterangan-keterangan tersebut adalah bukti nyata keseriusan ulama’ dalam membahas Makkiy dan Madaniy. Keterangan-keterangan itu pula membuktikan bahwa Makkiy dan Madaniy adalah penting dalam membantu menafsirkan ulama’ sampai sedemikian rupa dirumuskan ulama’ menjadi sebuah bab khusus dalam U<lu>m al-Qur’an. Oleh karena itu, bagi seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an, seyogiyanya untuk benar-benar memahami ‘Ilm Makkiy dan Madaniy.



[1]Manna>’ Khali>l al-Qat{t{an, Maba>hith fi> U<lu>m al-Qur’an, (Surabaya: al-Hidayah, 1973), 61.
[2]Q. S. al-Nisa>’: 58.
[3]Jala>l al-Di>n al-Su>yu>t{i, Al-Itqa>n fi> Ulu>m al-Qur’an, Juz I, 45.
[4]Muh{ammad Abd al-Adhi>m al-Zarqa>niy, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> Ulu>m al-Qur’an, (Kairo: Da>r al-Hadi>th, 1995), Juz I, 160.
[5]Al-Qat{t{an, op. cit., 61.
[6]Ibid., 60-61.
[7]Lebih jelasnya dijelaskan di “Karakteristik Surah Makkiyyah dan Madaniyyah”.
[8]Ibid., 61.
[9]Tim Reviewer MKD 2014 UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, (Surabaya: UINSA Press, 2014), 156.
[10]Dr. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an., (Jakarta: Tim Pustaka Firdaus, 2011), 250.
[11]Al-Qat{t{an, op. cit., 63.
[12]Ibid., 63.
[13]Huruf-huruf yang menjadi awlan surah seperti “alif lam mim”, “nun”, “ha mim”.
[14]As-Shalih, op. cit., 251.
[15]Ibid., 252.
[16]Menurut al-Zarqani< dalam kitabnya Mana<hil al-‘Irfa>n, yang termasuk ayat Makkiyah  dalam surah al-Anakbut adalah sebelas ayat awal dari surah itu. Adapun setelah itu adalah ayat Madaniyyah.( Mana>hil al-‘Irfa>n, Juz 1, 163).
[17]Ibid., 252.
[18]Tim Reviewer MKD 2014, op. cit., 159.
[19]Ibid., 159. 
[20]Al-Qat{t{an, op. cit., 59.
[21]Tim Reviewer MKD 2014, op. cit., 168.
[22]Ibid., 168.
[23]Ibid., 169.
[24]Ibid., 169­­-170.
[25]Mengenai ayat ini Muqatil berkata: “ayat ini diturunkan di Mekah, dan pada lahirnya memang demikian, sebab ia mengandung apa yang dilakukan orang musyrik di Dar al-Nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya terhaddap Rasulullah SAW sebelum hijrah”. (lihat Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an li al-Qat{t{an, 55)
[26]Diriwayatkan oleh Bukhari dari al-Barra’ bin ‘Azib yang mengatakan: “Orang yang pertama kali datang kepada kami dari para sahabat Nabi adalah Mus’ab bin ‘Umair dan Ibn Ummi Maktum. Keduanya membacakan al-Qur’an kepada kami. Sesudah itu datang pula Umar bin Khattab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabbihisma rabbika al-a’la dari antara surah yang semisal dengannya. (lihat Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an li al-Qat{t{an, 57)
[27]Contoh ini adalah hasil dari penelitian Abu al-Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Naisaburiy. (lihat Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an li al-Qat{t{an, 57)
[28]Dalam Shahih Muslim, dari Umar, dikemukakan: “Tidak ada yang sering kutanyakan kepada Rasulullah tentang sesuatu seperti pertanyaanku mengenai kala>lah. Dan ia pun tak pernah bersikap kasar tentang sesuatu urusan seperti sikapnya kepadaku mengani soal kala>lah ini, sampai-sampai ia menekan dadaku dengan jarinya sambil berkata: “Umar, belum cukuplah bagimu satu ayat yang diturunkan pada musim panas yang terdapat  pada akhir surah al-Nisa’?” (lihat Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an li al-Qat{t{an, 58)
[29]Dalam Hadis shahih dari Ai’syah disebutkan: “Ayat-ayat itu turun pada hari yang dingin.” (lihat Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an li al-Qat{t{an, 58)
 



BAB IV

PENUTUP
A.    Simpulan
Penjelasan tentang Makkiy dan Madaniy sudah dipaparkan di Makalah ini. Dari penjelasan-penjelasan yang ada, bisa diambil benang merah sebagai berikut,
1.      Ada tiga teori untuk menefinisikan  Makkiy dan Madaniy, yaitu teori berdasarkan waktu (zama>n al-nuzu>l), teori berdasarkan tempat (maka>n al-nuzu>l), dan teori berdasarkan objek pembicaraan (mukhata>b).
2.      Teori yang paling masyhur dari ketiga teori tersebut adalah teori berdasarkan waktu (zama>n al-nuzu>l).
3.      Ada dua metode untuk bisa mengetahui Makkiy dan Madaniy. Dua metode itu adalah metode sima>’iy al-naqliy dan metode qiya>siy al-ijtiha>diy.
4.      Karakeristik surah Makkiy berdasarkan kaidah antara lain:
a.       Setiap surah yang di dalamnya terdapat ayat sajadah adalah Makkiy.
b.      Setiap surah yang terdapat lafaz{ kalla> adalah Makkiy.
c.       Setiap surah yang di dalamnya terdapat ya> ayyuha> al-na>su (wahai manusia) dan tidak terdapat ya> ayyuha> al-ladhi>na a>manu> (wahai orang-orang yang beriman) adalah Makkiy, kecuali surah al-Hajj.
d.      Setiap surah yang terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu adalah Makkiy kecuali surat al-Baqarah.
e.       Setiap surah yang terdapat kisah Nabi Adam a.s. dan Iblis adalah Makkiy kecuali surah al-Baqarah. 
f.       Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf tahajji>y  adalah Makkiy kecuali surah al-zahrawain (surah al-Baqarah dan surah A<lu ‘Imra>n) dan ulama’ berselisih dalam surah al-Ra’du.
Karakteristik Makkiy berdasarkan wawasannya antara lain:
a.       Surah Makkiy mengandung ayat-ayat yang menjelaskan tentang ajakan untuk bertauhid kepada Allah SWT dan menyembah-Nya, menetapkan kerasulan, menetapkan hari Ba’ath dan hari pembalasan, menjelasakan hari kiamat, neraka dan siksanya, surga dan kenikmatannya, sanggahan terhadap orang-orang musyrik dengan dalil-dalil yang rasional, dan ayat-ayat kauniyyah.
b.      Surah Makkiy mengandung ayat yang menjelaskan dasar-dasar tasyri’ yang umum, budi pekerti, dan amal kebajikan.
c.       Surah Makkiy mengandung ayat-ayat yang menjelaskan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu agar bisa dijadikan pelajaran.
d.      Ayat-ayat dalam surah Makkiy pada umumnya adalah pendek-pendek, lafadhnya kuat, dan ibarahnya mengandung i’ja>z.
e.       Banyak pernyataan sumpah sebagaimana lazim kebiasaan orang Arab.
5.      Karakteristik surah Madaniy berdasarkan kaidah antara lain:
a.       Setiap surah yang mengandung kewajiban dan had adalah Madaniy.
b.      Setiap surah yang mengandung uraian tentang orang munafik adalah Madaniy  kecuali surah al-‘Ankabu>t.
c.       Setiap surah yang mengandung uraian tentang bantahan kepada ahl al-kita>b adalah Madaniy.
d.      Setiap surah yang di dalamnya terdapat izin berperang atau menyebut peperangan dan menjelaskan hukum-hukumnya adalah Madaniy.
Karakeristik surah Madaniy berdasarkan wawasannya antara lain:
a.       Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang ibadah, mu’amalah, jinayah, munakahah, warisan, dan hukum-hukum islam yang lainnya.
b.      Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang ahl al-kita>b, dari membantah ahl al-kita>b, mengajak mereka masuk Islam, menjelaskan pemalsuan mereka terhadap kitab-kitab Allah SWT, dan lain-lain.
c.       Surah Madaniy mengandung ayat yang menjelaskan tentang orang munafik, dari menguraikan kejiwaan mereka, bahayanya mereka terhadap agama, membuka aling-aling hati mereka, dan lain-lain.
d.      Ayat-ayat dalam surah Madaniy pada umumnya adalah panjang.
6.      Faedah-faedah mempelajari Makkiy dan Madaniy antara lain:
a.       Membantu dalam menafsirkan al-Qur’an.
b.      Merasakan indahnya gaya bahasa al-Qur’an.
c.       Mengetahui prinsip-prinsip umum (kulliy) dan prinsip-prinsip khusus (juz’iy) dari isi ayat-ayat atau surah-surah Makkiy dan Madaniy.
d.      Mengetahui sejarah pembentukan dan penerapan hukum Islam (ta>rikh tasyri’) yang amat bijak dalam menentukan hukumnya berdasarkan sistem sosial masyarakatnya.
e.       Mengetahui hikmah ditetapkan dan diterapkannya sebuah syari’at.
f.       Dapat mengetahui kondisi dan situasi masyarakat Mekah dan Madinah pada saat al-Qur’an diturunkan.
g.      Menambah keimanan sesorangyang percaya terhadap kebenaran al-Qur’an dan keaslian al-Qur’an.
7.      Ulama’ mempunyai perhatian yang besar dalam membahas Makkiy dan Madaniy. Mereka membahas dengan teliti dari ayat per-ayat, dan surah per-surah.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para membaca benar-benar memahami pembahasan Makkiy dan Madaniy, karena pembahasan ini penting untuk membantu menafsirkan al-Qur’an. Oleh karena itu, seseorang yang ingin menjadi mufassir tidak boleh melewatkan pembahasan Makkiy dan Madaniy.

 

DAFTAR PUSTAKA


al-Qat{t{an, Manna>’ Khali>l, Maba>hith fi> Ulu>m al-Qur’an, Surabaya: Al-Hidayah, 1973.
al-Zarqaniy, Muh{ammad Abd al-Adhi>m, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> Ulu>m al-Qur’an, Kairo: Da>r al-Hadi<th, 2001.
al-S{uyu>t{iy, Jala>l al-Di>n, al-Itqa>n fi> Ulu>m al-Qur’an, Lebanon: Da>r al-Fikr, 2008.
al-Zarkas{iy, Muh{ammad bin Abd al-Allah, al-Burha>n fi> Ulu>m al-Qur’an, Kairo: Da>r al-Tura>th, 2008.  
al-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, Jakarta: Tim Pustaka Firdaus, 2011.
Tim Reviewer MKD 2014 UIN Sunan Ampel, Studi al-Qur’an, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014.
Djalal H.A., Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2013.
   

 

Comments

Popular posts from this blog

TASHBIH DAN ISTI'ARAH (ILMU BALAGHAH)

Mutlaq dan Muqayyad (Ushul al-Fiqh)

MUSHAF ALI BIN ABI THALIB