ISLAM NUSANTARA
ISLAM (di) NUSANTARA; CORAK
ISLAM YANG UNIK
Oleh: Muhammad
Husnan[1]
Indonesia
adalah negara dengan penduduk yang mayoritasnya menganut agama Islam. Lebih
dari 90% dari seluruh penduduk Negara Indonesia adalah penduduk yang beragama
Islam. Dengan banyaknya penduduk Negara ini yang menganut agama Islam dari
jumlah keseluruhan, Indonesia dijadikan Negara dengan penganut agama Islam
terbanyak di Asia bahkan se-antero dunia.
Islam di
Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami dinamisasi, baik dari wacana, kualitas,
kuantitas, dan lain-lainnya. Akhir-akhir ini, terdapat sebuah fenomena yang
menjadi perdebatan dan kontroversi, yaitu fenomena Islam Nusantara yang menjadi
jargon Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang dilaksanakan pada 1-5 Agustus
2015. Sebagian kalangan menerima jargon Islam Nusantara ini dan sebagian
kalangan yang lain menolaknya. Kalangan yang menolak Islam Nusantara beralasan
akan terpecah belahnya umat Islam dengan membuat Islam dengan embel-embel
lainnya.
Akan tetapi,
kontroversi yang terjadi bisa direduksi dengan jalan menisbatkan Islam
Nusantara dengan teori ilmu Nahwu. Setidaknya ada dua teori yang bisa
dinisbatkannya Islam Nusantara dengan ilmu nahwu, yaitu susunan sifat (tarkib
washfiy) dan susunan penyandaran (tarkib idhafiy). Apabila Islam
Nusantara dinisbatkan dengan tarkib washfiy, maka implikasinya akan
membuat Islam yang baru dalam artian Islam itu dibuat oleh Nusantara. Apabila
Islam Nusantara dinisbatkan dengan tarkib idhafiy, maka implikasinya
akan memberi pengertian bahwa Islam Nusantara adalah Islam di Nusantara dengan
model-model dakwah yang sesuai dengan sosial-budayanya. Dengan tarkib idhafi
inilah, Islam Nusantara bisa diterima di Indonesia yang menurut penulis
adalah sebagai corak dari ajaran Islam yang berkembang di Indonesia, dan bukan
menjadi sebuah ajaran baru yang berkembang, sebagaimana yang dikatakan oleh
Ketua umum PBNU KH Said Aqil Siradj, “Islam
nusantara bukan mazhab baru, firqah dan aliran baru. Islam nusantara menjadi
ciri khas Islam-nya orang-orang nusantara, yaitu melebur secara harmonis dengan
budaya nusantara, syarak, kearifan yang tak melanggar syarak, digunakan untuk
dakwah Islam di nusantara."
Sejarah
Islam (di) Nusantara
Islam masuk
ke Nusantara dengan jalan perdagangan sekitar abad ke-7. Islam masuk ke
Nusantara ini dibawa oleh para pedagang Arab yang berkelana ke Indonesia dengan
mempunyai tujuan tertentu. Metode dakwah Islam yang dilakukan oleh para
pedagang ini adalah secara damai, tidak secara keras-kerasan seperti dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara berperang untuk mendapatkan
dan mempertahankan wilayah kekuasaan Islam.
Dengan metode
secara damai-damai ini, akan berimplikasi kepada metode dakwah yang
dikembangkan oleh para pendakwah Islam yang salah satunya adalah metode akulturasi
budaya dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Sebagaimana diketahui, pendakwah
yang masyhur di Nusantara adalah Wali Songo (Wali Sembilan). Mereka dikenal
dengan metoe dakwah yang menyinergikan atau mengakulturasikan budaya sebagai metode untuk
mendakwah ajaran-ajaran agama Islam, baik itu budaya dari agama lain seperti
tasbih ataupun dari budaya Nusantara tersendiri seperti dengan gamelan,
lagu-lagu, dan lain-lainnya.
Di satu sisi
yang lain, dakwah yang dibawa para pedagang dengan cara damai ini berimplikasi
kepada metode dakwah yang digunakan para pendakwah, seperti metode akulturasi
budaya yang dilakukan oleh wali songo, metode dakwah dengan cara damai-damai
mempunyai peran besar diterimanya dakwah Islam di Nusantara. Sebelum wali songo
mendakwahkan ajaran-ajaran agama Islam, mayoritas penduduk Indonesia adalah
penduduk non-Islam. Mayoritas dari mereka adalah penganut agama Budha dan
selain agama Budha. Akan tetapi, setelah wali songo mulai mendakwahkan
ajaran-ajaran agama Islam yang ia kemas dengan mengkompromikan antara
sosio-budaya yang berkembang di Nusantara, sedikit demi sedikit dan lambat laun
Islam mulai dianut oleh penduduk Indonesia.
Penganut
agama Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang pessat di masa wali songo.
Islam yang sebelumnya tidak terlalu dikenal di Nusantara, dengan munculnya para
pendakwah seperti wali songo yang mempunyai metode dakwah yang jitu dalam
menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam, Islam semakin dikenal sebagai ajaran
yang benar dan semakin diminati untuk dianut oleh para penduduk Indonesia.
Sehingga, agama Islam sekarang menjadi agama yang peling banyak dianut oleh
mayoritas penduduk Indonesia.
Uniknya
Islam (di) Nusantara
Islam di
Indonesia bisa dibilang unik dibandingkan dengan Islam yang ada di
Negara-negara lain, terutama jika dibandingkan dengan Negara-negara Islam.
Indonesia adalah Negara dengan menggunakan sistem Demokrasi, tidak menggunakan
sistem khilafah (sistem pemerintahan Islam). Sistem demokrasi adalah
sebuah sistem pemerintahan yang memberikan kebebasan penuh kepada penduduknya.
Sedangkan sistem khilafah adalah sebuah sistem pemerintahan yang
berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Meskipun Indonesia tidak menjadikan sistem
khilafah yang berbasis kepada agama Islam, Indonesia mempunyai penganut
agama Islam yang berjumlah besar, bahkan terbesar di Asia. Penganut agama Islam
di Indonesia masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penganut agama Islam
di Negara-negara Islam, seperti Arab Saudi, Irak, Syuriah, dan lain-lainnya.
Indonesia
tidak hanya besar dalam penganutnya, tetapi juga besar dalam organisasi
Islamnya. Indonesia memiliki bermacam-macam organisasi masyarakat Islam,
seperti Nahdlatul ulama (NU), Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI),
Front Pembela Islam (FPI), dan lain-lainnya. Kedua organisasi yang disebutkan
pertama adalah dua oraganisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, bahkan
NU adalah organisasi Islam dengan jumlah massa terbanyak di dunia, karena NU
sudah tidak berkisaran di domestic saja, tetapi di luar negeri NU juga memiliki
massa banyak.
Organisasi-organisasi
Islam yang ada di Indonesia ini memiliki paradigma-paradigma masing-masing yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. NU berbeda dengan Muhammadiyyah.
Begitupun dengan HTI yang berbeda dengan FPI. Akan tetapi, perbedaan itu tidak
menjadi masalah besar bagi salah satu organisasi Islam dengan organisasai yang
lainnya. Tidak ada perang antar satu dengan yang lainnya yang bisa mengakibatkan
pertumpahan darah. Paling maksimal adalah peperangan opini dan argument antar
organisasi. Berbeda dengan Islam yang ada di Timur Tengah yang sering dihiasi
peperangan pertumpahan darah, seperti di Irak, Syuriah, Palestina, dan
lain-lainnya, meskipun Islam mereka hanya satu dan tidak bermacam-macam seperti
yang ada di Indonesia. Perbedaan itu malah menjadikan Islam di Nusantara
menjadi Indah yang enak dipandang oleh penganut agama Islam di Negara lainnya.
Dua
organisasi Islam menjadi benteng pertahanan terakhir NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia), yaitu NU dan Muhammadiyah. Dua organisasi tersebutlah yang
selalu membentengi Indonesia untuk selalu berbasis NKRI, karena NKRI adalah
harga mati bagi Indonesia. Dua organisasi tersebut memang memprioritaskan untuk
mendakwahkan ajaran-ajaran Islam, tetapi mereka juga selalu berkoar-koar untuk
mempertahankan NKRI sebagai tanda nasionalisme mereka terhadap Negara
Indonesia. Mereka mempunyai paradigma Islam yang memanusiakan manusia dan cinta
tanah air. Oleh karena itu, bagi mereka, NKRI adalah harga mati.
Islam
(di) Nusantara Menjadi Contoh Islam di Dunia
Islam di
Nusantara dikenal sebagai Islam yang toleran, ramah, islam yang bekerja sama,
berdampingan dan saling melengkapi. Islam di Nusantara tidak hanya satu, tetapi
bermacam-macam sesuai dengan paradigma masing-masing. Akan tetapi, perbedaan
paradigma tidak dijadikan oleh masing-masing penganut yang berbeda-beda itu
untuk melakukan pertengkaran antara satu dengan yang lainnya. Sebaliknya, Islam
di Nusantara saling melangkapi antara satu dengan yang lainnya. Satu kelebihan
dari suatu kelompok Islam tertentu yang ada di Nusantara melengkapi dan
menutupi kelemahan yang terdapat pada kelompok Islam yang lainnya.
Sebagai
Negara yang dengan penduduk mayoritas beragama Islam, Indonesia semakin dilirik
oleh Negara-negara lain untuk dijadikan panutan untuk dicontoh. Dunia sekarang
sudah mengurangi ketertarikannya kepada Islam yang ada di Timur Tengah, karena
semakin maraknya peperangan antas sesama penganut agama Islam yang saling
berusaha untuk menumpahkan darah, meskipun Islam mereka hanya satu dan sama
antar penduduk satu Negara. Dunia sekarang lebih tertarik untuk mempelajari Islam
yang ada di Nusantara dengan bermacam-macam Islam, tetapi jarang sekali terdapat
konflik antar sesame penganut agama Islam.
Menarik
sekali untuk mellihat perkembangan Islam di Nusantara sebagai bagian atau corak
ajaran agama Islam yang berkembang di Nusantara. Islam di Nusantara akan selalu
mengalami dinamisasi yang harus diikuti, karena Islam di Nusantara mempunyai
keunikan-keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh Islam di Negara-negara
yang lainnya, walapun Negara Islam.
Comments
Post a Comment